Risalah Cinta: Tunduk dan Memberi Cinta


lampiran 4.

ada satu keajaiban dalam percintaan, yang sering kita lihat bagaimana seorang cintak begitu tunduk pada kecintaannya. tiada bersalahan sikap malah sering menyesuaikan sikap dan wataknya mengikut kesesuaian kekasihnya. tak jarang kita lihat manusia berubah wajah dan kulit setrelah terpesona dengan haruman cinta lalu berubah menjadi seorang yang baru, mengikut acuan kecintaannya.

sanggup melakukan apa saja untuk memenuhi keinginan kecintaanya, malah sanggup merenang lautan api dan menegur ajal dengan puisinya. hingga mati dalam cintanya menjadi kenikmatan. begitulah besarnya aura cinta terhadap manusia yang sedang merenangi lautan asmaranya.

betapa cekalnya seorang pencinta menyembunyikan kesedihannya dan menahan segala kedukaan hatinya, kerna satu antara dua sebab, tidak mahu dianggap cengeng oleh kekasihnya hinga tak terkendali akan persona keberaniannya, atau pun kerna tidak mahu kekasihnya bersedih hati melihat kesengsaraan dirinya. hingga keduanya boleh menjadikan kehinaannya di depan kekasihnya. bukanlah sebab yang kita bahaskan tetapi begitulah kuatnya semangat seorang pencinta, walau dalam kesedihan dan kedukaan yang teramat, dia masih kuat menahan dan menelannya demi kecintaanya.

begitu jugalah kagumnya melihat bagaimana seorang pencinta bersedia memaakan segala kesalahan dan membenarkan segala tindakan kekasihnya. tiadalah dia akan menegur setiap kesilapan dan tidak juga bertindak memberi peringatan atau membantah setiap tindakan keliru kekasihnya. di mata kita melihat sosok tubuh yang bodoh kerna dibutakan oleh cinta. sedangkan tindakan yang sedemikian itu bukanlah bermakna untuk merendahkan harga diri. makian dan celaan para kekasih tidak menjatuhkan harga diri seorang pencinta, sehingga tiada perlulah dia mendodoikan pikiran yang menyakitkan itu untuk suatu jangka waktu yang lama.

malah tiadalah juga menjatuhkan wibawa diri, sepertimana tiada pernah diperceritakan oleh para pemimpin agung dalam sejarah betapa menuruti perkataan kekasih akan menjatuhkan daulat dan kewibawaannya. sabar bukan wujud dari penghinaan, dan bukan juga sabar itu tanda kerendahan jiwa.

jangan hairan melihat orang angkuh tunduk dalam cinta. adapun kekasih itu tiadalah wujudnya persis seorang sahabat atau teman akrab, begitulah yang dipahami. dan begitu pulalah dijalani oleh seorang pencinta. kesabaran seorang pencinta mengikuti segala perintah kecintaannya bukanlah kehinaan.

"apel yang jatuh menimpa kepalamu memang menyakitkan,
tetapi alangkah bodonhya jika kau tidak mengutipnya.."


bagaimana pula kisahnya orang yang mencintai untuk keperluan dirinya sendiri, sabarnya dan patuhnya hanya bertujuan mendapatkan akan keinginannya. ketika hasrat terpenuhi, nikmat dirasai, dan harapan terkabul, dia akan menentang keinginan kekasihnya dan mencari kesempatan yang baik utk menghindarinya.

Saat khayalku terkabul menuai hasrat
Tuli telingaku akan merdu suaramu
Buta mataku akan manis senyummu
Bisu mulutku akan indah dirimu
saat ku temui mata air bergenang
kusiram kobaran api yang menyala


ada satu kisah, yang didengarkan padaku oleh seorang bijaksana:
telah pergi seorang lelaki kepada seorang bijak pandai di zaman mereka untuk berbincang2. dan sedang mereka berbahas tentang persoalan cinta maka bertanyalah lelaki itu pada orang bijak tersebut, "Jika org yg aku cintai enggan bertemu dgnku dan selalu menjauh dariku, apa kiranya yang harus aku lakukan?"

Orang bijak itu berkata padanya, "Aku pikir kau harus ada semangat yang tinggi untuk bertemu dengannya, walaupun ia enggan menemuimu."

Lelaki itu menjawab, "Aku tidak sependapat denganmu. Aku lebih mementingkan cintanya daripada cintaku sendiri dan lebih menghargai keinginannya diatas keinginanku. Aku akan tetap sabar meskipun kesabaran akan membawaku kepada kematian."

Orang bijak itu berujar sekali lagi, "Aku hanya menyintai seseorang demi kebaikan diriku sendiri. Aku tidak akan mencintai seseorang yang dapat menyiksa diriku. Dalam hal ini aku mengikuti keyakinanku sendiri dan berjalan mengikut watak asliku. Aku hanya menuruti cinta yang mendatangkan kebahagiaan untuk diriku. Itulah jalan yang aku tempuh dalam masalah cinta."

Lelaki tersebut berkata, "Pendapatmu itu merupakan prinsip yang zalim. Mengikuti prinsip ini lebih kejam daripada kematian dan sangat berat bagi jiwa."

Lalu orang bijak itu berkata lagi, "Jika kau memaksakan diri, berarti itu bukan pilihan sukarela, melainkan terpaksa. Jika kau mampu membebaskan diri dari paksaan, pasti kau tidak akan melakukannya. Sementara itu jika kau tidak menemuinya atas keinginan sendiri, maka kau akan kecewa sebab telah menimpakan mudarat pada diri sendiri dan mendorongnya pada kematian."

Kemudian lelaki itu bertanya, "Bagaimana jika orang yang sedang dilanda cinta itu malah jatuh sakit lantaran cinta?"

"Penyakit apakah yang lebih besar dari cinta?"

sesungguhnya tiada rasa terpaksa dalam cinta, kerna itu tiada kehinaan dalam cinta, kerna itu seorang pencinta hanya perlukan cintanya. untuk memberi kekuatan padanya meneruskan penghidupan walau setelah dipisahkan maut dan jodoh, kerna setianya memegang janji cintanya tanpa rasa terpaksa..

jakarta

About this entry

 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2008